teori biaya produksi jangka pendek
Jangka pendek kita definisikan sebagai jangka di mana terdapat paling sedikit satu input yang bersifat tetap (fixed input). Sementara jangka panjang adalah periode di mana semua faktor produksi bersifat variabel.
Ada beberapa jenis biaya yang dikenal dalam teori biaya produksi jangka pendek, antara lain sebagai berikut.
1) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, yang mana biaya tersebut besarnya tetap tidak tergantung dari output yang dihasilkan.
Contoh dari biaya tetap antara lain biaya untuk pembelian mesin, sewa tanah/gedung, dan biaya gaji pekerja bagian administrasi.
2) Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output, semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan.
Contoh dari biaya variabel antara lain biaya untuk membeli bahan baku, upah karyawan bagian produksi, biaya listrik, bahan bakar, dan lain-lain.
3) Biaya Total (Total Cost)
Biaya total adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dilakukan produsen. Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel.
Hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Labor | Q | FC | VC | TC |
0 | 0 | 25 | 0 | 25 |
1 | 4 | 25 | 25 | 50 |
2 | 10 | 25 | 50 | 75 |
3 | 13 | 25 | 75 | 100 |
4 | 15 | 25 | 100 | 125 |
5 | 16 | 25 | 125 | 150 |
Tabel di atas menggambarkan data mengenai produksi sepatu di sebuah perusahaan setiap harinya. Diasumsikan bahwa produsen menyewa sebuah mesin produksi dengan biaya sewa $25 per hari. Produsen juga mempekerjakan beberapa tenaga kerja dengan upah rata-rata harian sebesar $25.
Data-data dalam kolom tersebut jika ditampilkan secara grafis akan nampak seperti gambar 1 berikut ini.
Biaya tetap (FC) dilukiskan sebagai garis lurus horizontal sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap tidak berubah yaitu sebesar $25.
Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output yang dihasilkan. Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa kurva biaya variabel senantiasa terus-menerus naik. Artinya semakin banyak output yang dihasilkan, maka biaya variabel akan semakin tinggi.
Penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel akan menghasilkan biaya total (TC). Biaya total sendiri memiliki bentuk kurva yang identik dengan biaya variabel. Jarak vertikal antara kurva biaya total dengan kurva biaya variabel sama dengan nilai biaya tetap. Jarak vertikal tersebut ditunjukkan oleh dua tanda panah dengan panjang yang sama.
4) Biaya Rata-rata (Average Cost)
Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata-rata dapat dihitung dengan rumus:
5) Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya marginal (MC) adalah perubahan biaya total jika produksi ditambah/dikurangi satu unit. Dengan kata lain, MC adalah tambahan atau pengurangan biaya jika produsen menambah/mengurangi satu unit produksi. Besarnya biaya marginal dapat dihitung dengan rumus:
Namun apabila biaya total (TC) berbentuk fungsi, maka besarnya biaya marginal dapat dicari dengan membuat turunan pertama dari TC.
6) Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost)
Biaya variabel rata-rata menggambarkan besarnya biaya variabel per satuan produk. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan rumus:
7) Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost)
Biaya tetap rata-rata menggambarkan besarnya biaya tetap per satuan produk. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan rumus:
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai biaya-biaya tersebut, coba perhatikan tabel 2 berikut ini!
Tabel 2
Labor | Q | FC | VC | TC | MC | AC | AVC | AFC |
0 | 0 | 25 | 0 | 25 | – | – | – | – |
1 | 4 | 25 | 25 | 50 | 6,25 | 12,50 | 6,25 | 6,25 |
2 | 10 | 25 | 50 | 75 | 4,17 | 7,50 | 5,00 | 2,50 |
3 | 13 | 25 | 75 | 100 | 8,33 | 7,69 | 5,77 | 1,92 |
4 | 15 | 25 | 100 | 125 | 12,50 | 8,33 | 6,67 | 1,67 |
5 | 16 | 25 | 125 | 150 | 25,00 | 9,38 | 7,81 | 1,56 |
Data-data dalam kolom tersebut jika ditampilkan secara grafis akan nampak seperti gambar 2 berikut ini.
Kurva MC memiliki bentuk seperti huruf U (meskipun lebih mirip tanda ceklis). Saat jumlah output masih sedikit, biaya marginal akan menurun sebagai dampak dari spesialisasi dan pembagian kerja. Namun ketika jumlah output ditambah terus menerus, biaya marginal justru akan meningkat karena adanya hukum tambahan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing returns). Jadi untuk memproduksi jumlah barang yang sama, dibutuhkan biaya yang lebih besar.
Kurva AC (dan kurva AVC) juga memiliki bentuk seperti huruf U. Hal tersebut dikarenakan:
biaya tetap yang nilainya tersebar saat jumlah output semakin banyak, dan
belakunya law of diminishing returns.
Saat jumlah output meningkat, perusahaan menyebarkan biaya tetapnya atas output yang lebih besar, sehingga nilai biaya tetap rata-rata (AFC) semakin menurun. Namun ketika jumlah output sudah cukup banyak, berlakulah hukum tambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga perusahaan perlu mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja untuk menghasilkan satu unit output tambahan.
Bentuk kurva AC menggambarkan dua efek tersebut. Di tahap awal produksi, ketika nilai AFC dan AVC sama-sama menurun, kurva AC pun menurun. Lalu di tahap berikutnya nilai AVC justru meningkat lebih cepat dibandingkan penurunan nilai AFC. Hal ini menyebabkan nilai AC meningkat, sehingga bentuk kurvanya menjadi miring ke atas (upward sloping).
Jarak vertikal antara kurva AC dan AVC itu menunjukkan nilai AFC. Jarak keduanya akan semakin mendekat seiring dengan menurunnya nilai AFC. Kemudian kurva AC dan AVC akan selalu dipotong oleh kurva MC di titik minimum AC dan minimum AVC.
Komentar
Posting Komentar